Sabtu, 06 Juni 2015

Mt. Prau :Bagian 2



Sehari sebelumnya ada kejadian menarik yang mendatangkan banyak hikmah bagiku dan mungkin bagi sahabat-sahabatku di Lingkar Al-Banna. Yaitu saat aku kehilangan dompetku kawan, ya, satu hari sebelum pendakian itu aku kehilangan dompetku yang berisi E-KTP, dan ATM, itu pun baru aku sadari saat aku ingin menarik uang di ATM untuk keperluan pendakianku nanti. Namun apa daya, beberapa ku cari ia tak kutemukan. Aku panic setengah mati dan mencoba menelaah kembali kapan terakhir aku menggunakannya. Mundur,,mundur,,dan mundur… “Aaaahhh Roti bakar edi..” pikirku saat  itu berhasil mendapatkan
kesimpulan akhir bahwa ada kemungkinan kalau dompetku tertinggal di salah satu restoran Roti di daera Bintaro, beberapa hari yang lalu. Saat kami merencanakan dan mengecek kebutuhan pendakian kami satu persatu. Malam itu juga adalah peresmian dari kelompok Halaqoh kami “Lingkar Al-Banna”.

Hikmah pertama, jangan terlalu PeDe dan jangan menyepelekan hal kecil, ya kawan, kau tau kenapa? Karena sesaat sebelum kami hengkang dari tempat makan itu, aku mengingatkan pada temanku Ridho juga yang lainnya , untuk mengecek kembali barang bawaan kami, “Coba cek, Chargeran, Tas, dompet,  jangan ada yang ketinggal” tegasku malam itu, aku sendiripun MERASA, sudah siap tak kurang satu apapun, tak ada yang tertinggal. Maka kami berkemas dan berangkat untuk pulang karna  waktu  telah menunjukan tengah malam. Beberapa setelah itu barulah ku sadari bahwa Dompetku hilang, dank u pikir ia tertinggal disana, atau mungkin terjatuh disana, aku tak tau, maka kucoba untuk meminta bantuan salah satu sahabatku unuk menegecek tempat makan itu untuk memastikan apakah dompetku memang tertinggal disana atau tidak, ,  namun  Aku belum yakin maka untuk berjaga-jaga terhadap uang yang berada dalam ATM , ku hubungi saja Call center Bank yang tertera dalam ATM itu, dan langsung ku memminta agar ATM tersebut diblokir, dan Alhamdulillah setelah menyebutkan data diri serta verifikasi jumlah saldo, akhirnya ATMku berhasil di blokir hari itu juga. Hatiku sedikit tenang namun masih terasa lemas, karna kehilangan KTP berarti aku tak akan bisa mendaki karena KTP tersebut akan dibutuhkan nanti pada saat keberangkatan kami, aku tertunduk, pasrah, bahkan ku katakana pada mereka permintaan maaf ku karna mungkin aku tak akan bisa ikut pendakian itu bersama mereka. Semua mendoakanku akagar aku bisa bersabar, dan mungkin bisa bergabung dilain waktu, aku menerimanya dengan lapang, mungkin memang Allah belum mengizinkanku. Aku lemas, tubuhku terkulai. Inilah Hikmah yang kedua, Jangan Panik,jangan terburu-buru mengambil keputusan, karena tak lama, pesan baru masuk dari temanku Tio, “Tuuinnngg…” rupanya ia mengirimkan sebuah gambar, gambar yang sebenarnya aku kenali dengan sebuah tambahan tulisan disana “Siapa cepat dia dapat, yang berminat hubungi ane langsung,,,” ucapnya “Nahh itu ada…” ucapku spontan padanya, “Alhamdulillah ya Allah..” ucapku dalam hati, raut wajhku yang tadi sedikit lesu kini semangat kembali. “Makasih akh Tio…” ucapku padanya yang lain mengikuti “Alhamdulillah masih rezeki ka Rohman..” ujar Reza. Senyumku merekah, tak henti-hentinya ku bersyukur, disinilah Hikmah yang ketiga, Yakin pada Allah bahwa apa yang ditakdirkan, jodoh, rezeki, dan maut telah ia tentukan, jika bukan atas seizing Allah  munkin Dompet itu tidak kembali kepadaku dan aku tak bisa ikut dalam pendakian pertama kami.

Sore hari Tio dalang, membawakan sebuah Tas Ransel berisikan Polibag dan Matras, sesuai dengan yang kuharapkan, ditambah dengan dompet warna coklat milikku “Dicek dulu Ka Roh..” ucapnya, aku Tak ragu padanya, semua masih lengkap, “Jazakallah ya Akh “  dengan mantap ku bersalaman padanya, “oya itu  tas sama yang lainnya udah ada di dalem, nanti tasnya di lapisin pelastik dulu dalemnya, baru masukin yang lain” saran darinya padaku, oh iya titip sepatu milik kak is sama yang lain ya, nanti suruh ambil aja disini soalnya saya masih ada keperluan diluar” ucapnya lagi, sedikit memeberikan amanah untukku “Siaapp paakk..” ucapku ringan sambil tertawa kecil. Tio itu adalah ketua dalam Halaqoh kami kawan, lihatlah kesetia kawanannya itu, berharga sekali bukan?? Dia juga salah satu dari beberapa otrang yang mampu menghadirkan keceriaan jika kami sedang duduk berkumul. Aaahh beruntungnya kami. Tak pikir panjang lagi sebega aku berkemas, karna jam 6 nanti kami harus berkumpul di stasiun sudimara untuk keberangkatan kami. Semua telah siap, dan disinilah aku sekarang, disebuah gerbong kereta malam yang membawa kami ke stasiun Porwokerto, kurang lebih 4 jam perjalanan “Istirahat dulu akh rohman..” ucap Ka Iswandi, “Iya kak..” aku bersandar, memandang keluar jendela kereta, gelap, hanya beberapa kali kulihat kilauan lampu pinggiran rel, dan sejauh ku memandang malam itu pikiranku juga jauh beralih kebelakang., menelusuri langkah yang selama ini ku tempuh, wajah itu, nama itu, sudah lama kusimpan, sudah lama pula kupegang, namun tak pernah ku raih, dan mungkin tak akan dapat kuraih. Mataku, badanku dan ragaku lelah, aku terlelap di kereta malam, yang sebentar lagi akan membawa kami ke petualangan kami.

0 komentar:

Posting Komentar

 
;