Jumat, 12 Juni 2015 0 komentar

Mt.Prau : Bagian 4



Kupandang ia sebagai Ciptaan-Nya yang tertinggi di Bumi Ini, wajah kuhadapkan keatas dan ternganga-melihat jalur itu, “Apa ku bisa melaluinya”. Namun kakiku terus memaksa dan terus saja melangkah mengikuti jejak beberapa orang yang lebih yang ada didepanku. Tak peraya,” inikah yang harus aku hadapi”ucap ku kembali dalam hati. Puluhan anak tangga yang terbentuk dari tanah itu sungguh menyulitkan kami, khususnya aku, selain licin karena diguyur hujan beberapa waktu lalu, bentuknya yang berundak-undak ditambah juga dengan beban yang menggelayut dipundakku sehingga beberapa kali sempat membuat badanku condong kebelakang  dan hampir terjatuh. Kesalahan sedikit saja bisa berakibat fatal karena disisi kiri kami adalah tebing yang curam dan Cuma di jaga oleh seutas tali, tak terbayangkan jika aku terpeleset, dengan beban berat yang bisa membawaku terseok kedalam jurang itu, maka dengan sangat hati-hati ku langkahi anak tangga tanah itu sambil sesekali berpegangan pada tali-temali yang dijadikan pembatas serta alat bantu bagi para pendaki untuk melintasi anak tangga yang licin itu.  Mungkin hal inilah
0 komentar

Mt.Prau : Bagian 3


Tepat subuh hari kami tiba di stasiun Purwokerto yang sepi, para penumpang yang tadi berjejal didalam gerbong mulai turun dengan perlahan, berbeda dengan setasiun sebelumnya, tak banyak aktifitas yang terjadi disana, pagi hari di tanah orang membuatku sedikit canggung kawan, tak perlu banayk kata, kami pun memutuskan untuk beristirahat sejenak dipelataran terminal tak jauh dari Musholah, menaruh segala barang bawaan kami, dan sedikit merenggangkan tubuh, ini hanyalah permulaan dari rasa lelah yang akan kami rasakan nanti.

Minggu, 07 Juni 2015 0 komentar

Shinta


Putih, kecil, dan imut, itu kesan pertama yang kudapat pada dirinya ketika dulu duduk sebangku denganya disebuah SD impres di kota kelahiranku Jakarta. Rambutnya pirang, pendek berponi, bak karakter Dora. Juga Matanya yang agak sipit, seperti dua saudaranya yang lain Rino dan Riki. Shinta, begitu kami memanggilnya, gadis kecil yang suka sekali ikut dalam petualangan kami, aku, amat dan epen,. Bahkan saat kami berburu cicak lepas malam bbrapa waktu itu. Ia dengan rengekan khasnya, memaksa, ingin ikut ''Liinnnoo .., ikkiii ikut,,, ikutt'' sambil menarik-narik baju keduanya, begitu, dan banyak hal lagi. Dan kalau sdah begitu Rinolah orang yang paling tak tega, dan mau tak
Sabtu, 06 Juni 2015 0 komentar

MT. Prau : Bagian 1



Kereta yang kami tumpangi malam itu melaju kencang, dengan kesepian didalamnya. Hanya beberapa orang saja, ya benar hanya beberapa orang saja selain rombongan kami yang berada digerbong itu, setelah sebelumnya aku dan adikku udin menerjang hujan badai saat mengantarku menuju stasiun Sudimara Jombang. Disana cukup lama aku menunggu, kebisingan penyiar locket, ramainya orang yang mengantre tiket bergantian, dan puluhan orang yang hilir mudik sekedar ingin naik atau baru turun dari kereta. Tas ransel besar yang sedari tadi menggelatut di punggungku segera saja aku turunkan, kiri kekanan kutengok, barang kali sudah ada dari kami yang sampai disini. Cukup lama, setelah azan isya Akhirnya berkumandang barulah satu persatu dari mereka bermunculan, Lingkar Al-Banna, kelompok Halaqoh kecil milik kami. Ridho, reza,
0 komentar

Mt. Prau :Bagian 2



Sehari sebelumnya ada kejadian menarik yang mendatangkan banyak hikmah bagiku dan mungkin bagi sahabat-sahabatku di Lingkar Al-Banna. Yaitu saat aku kehilangan dompetku kawan, ya, satu hari sebelum pendakian itu aku kehilangan dompetku yang berisi E-KTP, dan ATM, itu pun baru aku sadari saat aku ingin menarik uang di ATM untuk keperluan pendakianku nanti. Namun apa daya, beberapa ku cari ia tak kutemukan. Aku panic setengah mati dan mencoba menelaah kembali kapan terakhir aku menggunakannya. Mundur,,mundur,,dan mundur… “Aaaahhh Roti bakar edi..” pikirku saat  itu berhasil mendapatkan
 
;