Binatang itu tak berukuran besar,
bahkan ia lebih kecil dari ikan Sepat yang aku tangkap beberapa hari yang lalu.
Namun ia special, special bagiku karna sebagian tubuhnya yang di penuhi
corak warna-warnidan beberapa bulatan hitam kecil yang menghiasi bagian
tubuhnya. Pun ketika mereka mengibas-ngibaskan ekor mereka dengan genit,
menggoda kami, padahal mereka adalah pejantan, bukan betina. Karna sang
betina yang ku tau badannya lebih besar sedikit dari pejantannya, pun
badannya tak bercorak, sehinhgga tak begitu menarik perhatian kami,
satu-satunya yang membuat kami tertarik padanya hanyalah jika ia, si
betina itu telah mencapai masa suburnya, hingga perutnya terisi dengan
beberapa puluh bakal buah anakan yang biasanya akan lahir dalam waktu
semalam Ikan Gupy, kecil nan menggoda, pun kami, suka mencarinya di
galangan Kampus STAN dekat rumah kami.
Siang itu selepas pulang
sekolah, setelah kami terbebas dari ”Ceramahan Pak Satiri” begitu kami
menganggapnya, Riko mengajak kami untuk bermain kerumahnya sambil
mengerjakan Tugas Kelompok yang diberikan oleh Sang Pencerah kami tadi
sebelum kami pulang, maka berangkatlah Amin, Hakim, dan Aku ke rumah
Riko. Namun bukannya mengerjakan Tugas Kelompok, Amin malah mengajak
kami untuk mencari ikan di Galangan Air Kampus STAN “Nyari Gupy
Yokk..!!” Ajaknya. “Dimane..?” Hakim menanggapi, “Di STAN kan banyak..,
Ko Lu ada Serokan kan?” Tanya Amin pada yang punya Rumah, “Tar gue cari
dulu, kayanya si ada..” Riko segera berlalu kebelakang, mencari
beberapa Serokan Ikan yang dia punya “Ayok dah jadi.. “ hakim ikut
bersemangat, aku ikut saja adengan rencana mereka.
Coraknya
beragam, ada yang berwarna biru, orange, kuning dan merah, sehingga kami
dibuat senang olehnya. Apalagi saat sang jantan mengibas-ngibaskan
ekornya. Uhh semakin semangat kami menangkapnya. Namun meskipun kecil,
dan keinginan kami untuk menangkapnya sangatlah besar, kami tak boleh
meremehkan mereka, karna ikan ini, sepert yang tak kami kira, sangat
gesit gerakannya,. Mereka melebihi ikan spat yang beberapa bulan lalu
baru kami tangkap dari galangan air di belakang rumah kami. Terang saja,
baru saja tanganku masuk kedalam air untuk menangkapnya, mereka sudah
hilang berpencaran, ada yang berlari kedepan, kesamping, kedalam
bebatuan, kedalam lubang-lubang, bersembungi dibawah daun, bahkan sampai
menyelamkan dirinya hingga masuk kedalam tanah, “Cepatnya, pikirku..”
kalau sudah begini, bukan hanya harus diam, tapi kesabaran serta gerakan
Slow Motion sepertinya harus kami praktekan saat menangkapnya. Riko
misalnya, meskipun ia sudah membawa Serokan Ikan untuk menangkapnya
tetap saja ikan itu dapat lolos dari buruannya.
Mereka
bergerombol, berkoloni, membentuk barisan panjang diatas permukaan air,
berebut udara segar, dan Encu / Jentik nyamuk yang bergelijatan
disekitar mereka. Hitam Pekat dan baunya air tak menghalangi kami untuk
berburu, yang kami tau saat itu hanyalah kami ingin mencari Ikan Gupy,
pun dengan seragam yang masih kami biarkan melekat dibadan kami, tak
kami hiraukan lagi bentuknya. Begitulah masa kecil kami dulu, begitu
asyiknya, tak terganggu oleh para orang dewasa, kami berkelana kemana
kami bisa, kami jangkau daratan Pondok Aren dengan tekad para petualang.
Pun dengan ikan Gupy yang kami tangkap hari ini, lumayan banyak, Mereka
terkurung dalam wadah botol serta Gelas kecil bekas yang kami temukan
tak jauh dari lokasi penangkapan, kasihan sekali mereka, yang tadi
dengan asiknya bergesit ria menyelam dan berenang kesana kemari hingga
sempat beberapa kali membuat kami bingung, kini hanya berenang
semampunya di wadah itu. “Assik nih buat taro diakuarium..” Amin sontak
kegirangan, “Aaahhhh entar juga mati Min..” ujar Riko menaggapi.. “Lah
kok lu bilang gitu Ko?” Amin sedikit tak senang, “Coba ajah ntar liat
pas dirumah..” sahut Riko.
Tak lama kami tiba dirumahnya untuk
beristirahat sebentar. Riko segera berlari kebelakang, sambil membawa
ikan yang berhasil ia tangkap tadi, aku pikir ia ingin menyiapkan air
minum untuk kami, tapi setelah lama ditunggu ia tak kunjung keluar. Maka
heran, aku menyusulnya, dan rupanya ia sedang memilah beberapa ikan
Guppy yang ia tangkap untuk di taro dsebuah kolam sederhanya miliknya,
ya kawan, kolam sederhana. Ukurannya cu perkirakan 100 x 30 cm, dan yang
bisa ku pandang hanya beberapa buah batu bata , juga pelastik.
“Kreatif,” kesan pertamaku terhadapnya “Bikinnya gimana Ko?” tanyaku
padanya, “ntar hgue ajarin..” begitu baiknya sahabatku yang satu ini.
“Gampang kok, lu siapin ajah pelastik gede, sama batu bata, pertama
tentuin dulu lebarnya mau semanya, trus susun deh batu bata, bikin
kotak, trus pelastiknya kalo bisa yang lebar, lebih lebar dari ukuran
kolamnya, tario pelastiknya di sepanjang batu bata, supaya ngebentuk
kolah, pelastiknya kalo bisa jangan yang bocor, nanti pelastiknya itu
yang jadi kolam, nah kalo pelastiknya udah ditaro, terus tinggal kasih
aer, abis itu bagian atas pelastiknya di jepit pake batu bata lagi, kaya
gini..” ucapnya mengajariku, “Kolam Sederhana” cukup menarik, dan akan
ku perahtekan langsung nanti jika sudah sampai rumah. Pun dengan bahan
yang diperlukan tak terlalu Sulit. “Kalo mindahin ikan Gupy, kalo bisa
jangan kena tangan, nanti cepet mati, harus pake sendok..” ucapnya
lagi.. “Udah banyak tuh ikannya,,, “ ucapku ketika melihat beberapa
jenis ikan disana, “Iya kebanyakan boleh nyari.. “ ucapnya sambil
kembali memilih beberapa ikan Gupy dari wadah gelas bekas ir mineral
tadi. “Ko, gw sama akim mau balik..” Amin berteriak dari luar, kami
segera menemuinya. “Oh ya udah, trus Tugas kelompoknya gimana?” ucapku
berharap kami bisa menyelesaikannya sebelum Pak Satiri Murka “Besok
Lagi deh.. udah sore nih..” akim berucap, “Ya udah Ko, gue juga pulang,
takut Emak gue nyariin..” kami pun akhirnya segera berbenah, memakai
sepatu dan menenteng tas seta bawaan kami tentunya segerombol ikan Guppy
yang sebentar lagi akan mati. “Yah Ko, ikan gue kok pada celeng
begini..” Amin terkejut ketika melihat beberapa Guppy Kipas
kesayangannya melayang-layang dipermukaan air,. Gue bilang juga apa..,
ya udah cepet dipindahin ke akuarium, keburu yang lain ikut mati.” Usul
Riko padanya, pun dengan ikan Guppy yang berhasil ku tangkap, beberapa
sudah ada yang tak sadarkan diri, “Ya udah makasih yak, besok kita
kerjain tugasnya..., Assalamualaikum..” kamipun berlalu setelah
sebelumnya berpamitan dengan ayah dan ibu Riko yang kebetulan sore itu
ada dirumah.. Hal yang disayangkan, hanya karna keinginan untuk
Menangkap Ikan Guppy yang d=sudah pasti akan mati saat kami tiba
dirumah, kami meninggalkan agenda untuk membuat Tugas Keompok kami, Ah
Guppy, kau begitu menarik, menarik perhatian dan waktu kami, namun
mengapa begitu ceopat engkau pergi, padahal kami, belum secuilpun,
menikmati tarian ekor kipasmu yang gemulai nan menggoda itu. Gan
Galangan air di Kampus STAN itu, masih saja seperti dulu, masih hitam
pekat dan bau, Dia adalah saksi kebersamaan kami, dan jika sesekali
kulihatnya, menengok kesana, aku ingin sekali memutar waktu, ingin
bercengkrama kembali dengan mereka. Amin, Hakim, Riko, dan Guppy Kipas.
Minggu, 15 Februari 2015
Cerita Bersambung,
Cerita Pendek,
Kampus STAN : Ikan Gupy,
Kisah Kecil,
Masa SD,
Potongan Kisahku
KAMPUS STAN : Ikan Guppy
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar