Minggu, 15 Februari 2015

KAMPUS STAN : Ikan Guppy

Binatang itu tak berukuran besar, bahkan ia lebih kecil dari ikan Sepat yang aku tangkap beberapa hari yang lalu. Namun ia special, special bagiku karna sebagian tubuhnya yang di penuhi corak warna-warnidan beberapa bulatan hitam kecil yang menghiasi bagian tubuhnya. Pun ketika mereka mengibas-ngibaskan ekor mereka dengan genit, menggoda kami, padahal mereka adalah pejantan, bukan betina. Karna sang betina yang ku tau badannya lebih besar sedikit dari pejantannya, pun badannya tak bercorak, sehinhgga tak begitu menarik perhatian kami, satu-satunya yang membuat kami tertarik padanya hanyalah jika ia, si betina itu telah mencapai masa suburnya, hingga perutnya terisi dengan beberapa puluh bakal buah anakan yang biasanya akan lahir dalam waktu semalam Ikan Gupy, kecil nan menggoda, pun kami, suka mencarinya di galangan Kampus STAN dekat rumah kami.



Siang itu selepas pulang sekolah, setelah kami terbebas dari ”Ceramahan Pak Satiri” begitu kami menganggapnya, Riko mengajak kami untuk bermain kerumahnya sambil mengerjakan Tugas Kelompok yang diberikan oleh Sang Pencerah kami tadi sebelum kami pulang, maka berangkatlah Amin, Hakim, dan Aku ke rumah Riko. Namun bukannya mengerjakan Tugas Kelompok, Amin malah mengajak kami untuk mencari ikan di Galangan Air Kampus STAN “Nyari Gupy Yokk..!!” Ajaknya. “Dimane..?” Hakim menanggapi, “Di STAN kan banyak.., Ko Lu ada Serokan kan?” Tanya Amin pada yang punya Rumah, “Tar gue cari dulu, kayanya si ada..” Riko segera berlalu kebelakang, mencari beberapa Serokan Ikan yang dia punya “Ayok dah jadi.. “ hakim ikut bersemangat, aku ikut saja adengan rencana mereka.
Coraknya beragam, ada yang berwarna biru, orange, kuning dan merah, sehingga kami dibuat senang olehnya. Apalagi saat sang jantan mengibas-ngibaskan ekornya. Uhh semakin semangat kami menangkapnya. Namun meskipun kecil, dan keinginan kami untuk menangkapnya sangatlah besar, kami tak boleh meremehkan mereka, karna ikan ini, sepert yang tak kami kira, sangat gesit gerakannya,. Mereka melebihi ikan spat yang beberapa bulan lalu baru kami tangkap dari galangan air di belakang rumah kami. Terang saja, baru saja tanganku masuk kedalam air untuk menangkapnya, mereka sudah hilang berpencaran, ada yang berlari kedepan, kesamping, kedalam bebatuan, kedalam lubang-lubang, bersembungi dibawah daun, bahkan sampai menyelamkan dirinya hingga masuk kedalam tanah, “Cepatnya, pikirku..” kalau sudah begini, bukan hanya harus diam, tapi kesabaran serta gerakan Slow Motion sepertinya harus kami praktekan saat menangkapnya. Riko misalnya, meskipun ia sudah membawa Serokan Ikan untuk menangkapnya tetap saja ikan itu dapat lolos dari buruannya.

Mereka bergerombol, berkoloni, membentuk barisan panjang diatas permukaan air, berebut udara segar, dan Encu / Jentik nyamuk yang bergelijatan disekitar mereka. Hitam Pekat dan baunya air tak menghalangi kami untuk berburu, yang kami tau saat itu hanyalah kami ingin mencari Ikan Gupy, pun dengan seragam yang masih kami biarkan melekat dibadan kami, tak kami hiraukan lagi bentuknya. Begitulah masa kecil kami dulu, begitu asyiknya, tak terganggu oleh para orang dewasa, kami berkelana kemana kami bisa, kami jangkau daratan Pondok Aren dengan tekad para petualang. Pun dengan ikan Gupy yang kami tangkap hari ini, lumayan banyak, Mereka terkurung dalam wadah botol serta Gelas kecil bekas yang kami temukan tak jauh dari lokasi penangkapan, kasihan sekali mereka, yang tadi dengan asiknya bergesit ria menyelam dan berenang kesana kemari hingga sempat beberapa kali membuat kami bingung, kini hanya berenang semampunya di wadah itu. “Assik nih buat taro diakuarium..” Amin sontak kegirangan, “Aaahhhh entar juga mati Min..” ujar Riko menaggapi.. “Lah kok lu bilang gitu Ko?” Amin sedikit tak senang, “Coba ajah ntar liat pas dirumah..” sahut Riko.

Tak lama kami tiba dirumahnya untuk beristirahat sebentar. Riko segera berlari kebelakang, sambil membawa ikan yang berhasil ia tangkap tadi, aku pikir ia ingin menyiapkan air minum untuk kami, tapi setelah lama ditunggu ia tak kunjung keluar. Maka heran, aku menyusulnya, dan rupanya ia sedang memilah beberapa ikan Guppy yang ia tangkap untuk di taro dsebuah kolam sederhanya miliknya, ya kawan, kolam sederhana. Ukurannya cu perkirakan 100 x 30 cm, dan yang bisa ku pandang hanya beberapa buah batu bata , juga pelastik. “Kreatif,” kesan pertamaku terhadapnya “Bikinnya gimana Ko?” tanyaku padanya, “ntar hgue ajarin..” begitu baiknya sahabatku yang satu ini. “Gampang kok, lu siapin ajah pelastik gede, sama batu bata, pertama tentuin dulu lebarnya mau semanya, trus susun deh batu bata, bikin kotak, trus pelastiknya kalo bisa yang lebar, lebih lebar dari ukuran kolamnya, tario pelastiknya di sepanjang batu bata, supaya ngebentuk kolah, pelastiknya kalo bisa jangan yang bocor, nanti pelastiknya itu yang jadi kolam, nah kalo pelastiknya udah ditaro, terus tinggal kasih aer, abis itu bagian atas pelastiknya di jepit pake batu bata lagi, kaya gini..” ucapnya mengajariku, “Kolam Sederhana” cukup menarik, dan akan ku perahtekan langsung nanti jika sudah sampai rumah. Pun dengan bahan yang diperlukan tak terlalu Sulit. “Kalo mindahin ikan Gupy, kalo bisa jangan kena tangan, nanti cepet mati, harus pake sendok..” ucapnya lagi.. “Udah banyak tuh ikannya,,, “ ucapku ketika melihat beberapa jenis ikan disana, “Iya kebanyakan boleh nyari.. “ ucapnya sambil kembali memilih beberapa ikan Gupy dari wadah gelas bekas ir mineral tadi. “Ko, gw sama akim mau balik..” Amin berteriak dari luar, kami segera menemuinya. “Oh ya udah, trus Tugas kelompoknya gimana?” ucapku berharap kami bisa menyelesaikannya sebelum Pak Satiri Murka “Besok Lagi deh.. udah sore nih..” akim berucap, “Ya udah Ko, gue juga pulang, takut Emak gue nyariin..” kami pun akhirnya segera berbenah, memakai sepatu dan menenteng tas seta bawaan kami tentunya segerombol ikan Guppy yang sebentar lagi akan mati. “Yah Ko, ikan gue kok pada celeng begini..” Amin terkejut ketika melihat beberapa Guppy Kipas kesayangannya melayang-layang dipermukaan air,. Gue bilang juga apa.., ya udah cepet dipindahin ke akuarium, keburu yang lain ikut mati.” Usul Riko padanya, pun dengan ikan Guppy yang berhasil ku tangkap, beberapa sudah ada yang tak sadarkan diri, “Ya udah makasih yak, besok kita kerjain tugasnya..., Assalamualaikum..” kamipun berlalu setelah sebelumnya berpamitan dengan ayah dan ibu Riko yang kebetulan sore itu ada dirumah.. Hal yang disayangkan, hanya karna keinginan untuk Menangkap Ikan Guppy yang d=sudah pasti akan mati saat kami tiba dirumah, kami meninggalkan agenda untuk membuat Tugas Keompok kami, Ah Guppy, kau begitu menarik, menarik perhatian dan waktu kami, namun mengapa begitu ceopat engkau pergi, padahal kami, belum secuilpun, menikmati tarian ekor kipasmu yang gemulai nan menggoda itu. Gan Galangan air di Kampus STAN itu, masih saja seperti dulu, masih hitam pekat dan bau, Dia adalah saksi kebersamaan kami, dan jika sesekali kulihatnya, menengok kesana, aku ingin sekali memutar waktu, ingin bercengkrama kembali dengan mereka. Amin, Hakim, Riko, dan Guppy Kipas.

0 komentar:

Posting Komentar

 
;