Selasa, 13 Januari 2015

Gunung walat dan bulir-bulir jeruk :Bagian 2


Ada yang bilang kalau hidup setelah derita nantii akan berlinang madu karenanya, paling tidak bulir-bulir jeruk yang bis menghilangkan dahaga dan bisa membuatku bersemangat kembali,, tapi apakah itu benar??. Sementara aku sibuk memandang, jauh kedepan, namun pikiranku sesekali berpaling kebelakang, menyadari aku sejauh ini telah mempertahankannya, kesendirian yang memilukan itu, 4 tahun sudah kurasa. Rasa pahit yang terus ku telan bersamaan dengan air liurku, berharap nanti manisnya madu kurasakan suatu saat nanti. Pun dengan berusaha berfikir bahwa tidaklah Allah menakdirkan ini semua kecuali memang jalan Allah lah yang terbaik. Lamunanku terhenti ketika seseorang dengan sengaja menyenggol tubuhku, '' ayo akh lanjut, temen-temen sudah pada siap'' oohh ternyata rido, ''oh iya,, ayoo..'' aku berdiri, meninggalkan sedikit lamunanku disana.
Dan kemudian kembali menyusuri jalan perbukitan bersama rombongan SKETERS lainnya ''akh, kita buat video yuk'' ucap rido, ''ente bawa kamra kan'' sambungnya, ''iya, tapi baterainya mau habis'' ucapku, '' gak apa-apa, sebentar saja akh'' saudaraku yang satu ini selalu permintaannya harus terpenuhi, sifat optimis yang luar biasa menurutku. ''ya udah, ente yang ngomong ya'' ucapku sambil menyiapkan kamera digital butut yang ku punya '' siap..'' ucapnya, dan liputan sederhana kami pun dimlai.. '' cocok jadi reporter'' pikirku saat itu. Dan tepat setelah ia berhenti bicara baterai kameraku habis, karna sebelumnya telah digunakan untuk berfoto-foto tadi. ''untung bawa cadangan untuk foto acara nanti..'' ucapku dalam hati.

Hampir sore hari kami baru Sampai di tempat tujuan, aku rebahkan badaku dipelataran musholah yang ada disana,, pun dengan barang bawaan kami yang sudah tak beraturan lagi diletakan dimana, kaki kami terasa kaku dan berat ''lurusin kakinya, janga ditekuk biar ga keram ''Pinta Tio ''Alhamdulillah,'' ucap syukurku. Kami pun dipersilahkan untuk beristirahat sejenak, sambil menunggu makan siang yang sedang dibuat oleh Kak Deni dan beberapa sahabatnya selesai dibuat. Beberapa perlengkapan kami letakan di halaman luar masjid, sementara Tas dan barang bawaan kami lainnya di letakan didalam masjid. Laki-laki di sebelah kiri, dan Perempuan disisi sebelah kanan, begitulah aturan main kami, tak boleh tercampur antara yang satu dengan yang lain. Setelah dirasa cukup kami langsung Melaksanakan Sholat Ashar dan Dzuhur (Jakmak, Qosor) masing-masing dua rakaat. Selesai dari itu, tio memanggil kami para panitia untuk Briefing sebentar, membahas persiapan acara demi acara yang akan kami lakukan nantinya. sementara yang lain di persilahkan untuk membersihkan diri. “Ka Rohman nanti malam jadi MC ya, ?” Pinta Dede padaku “Aaaahhh?? MC?” Ucapku kaget, “Iya, gpp ya..?”.. jujur aku belum siap, tapi aku ya sudah aku terima saja tawaran itu “Insya Allah..” jawabku, “oke, berarti yang lain, Tio, reza, diar, ian, besok di Outbond sama Games..” pintanya kepada yang lain, kami setuju Bismillah, kami siap, Briefing pun ditutup siang itu. Tak lama kak Deni dan Dua orang temannya datang membawa beberapa bungkus nasi Untuk kami “Alhamdulillah.. makanan dah dating, kita makan dulu aja Akhi..” ucapku, semua setuju, dan seluruhnya dikumpulkan untuk mengambil makanan.

Tak terasa sore berganti senja, dan senja mulai berganti malam, ini artinya Tugas pertamaku sebagai MC akan segera dimulai, dan selepas Isya Berjamaah acara Pembukaan Sketer dan Pemberian Materipun dimulai, seluruhnya suidah berkumpul, para panitia, Peserta, juga kak Deni dan beberapa sahabatnya. Berada dihadapanku, laki-laki didepan, sementara yang perempuan dibelakang, begitu sedari dulu, aku sendiri berada didepan, gugup memegang Mic pengeras suara. Tapi Bismillah, ku tarik nafas dalam-dalam dan ku minum seteguk air putih, ajaran Kak Iswandi dulu, agar tidak gugup saat tampil didepan orang banyak, Bismillah.. “Assalamualaykum, wr.wb..” sapaku pada mereka, “Wa’alaykumsalam….wr.wb…” salam terjawab, namun kerasnya suara tak sebanding dengan jumlah mereka, maka ku ulangi dengan berpantun, sedikit pelajaran yang ku dapatkan di beberapa acara televise “Empat dikali empat sama dengan enam belas, sempat atau tidak sempat salam ini harus dibalas,, Assalamualaykum.. wr.wb…” ucapku lagi, mereka kembali menjawab kali ini lebih semarak.. “Alhamdulillah..” ucapku dalam hati, dan berharap acara demi acara yang aku bawakan bisa berjalan dengan lancar dan terkendali. Hingga materi pertama habis dibawakan, acara dapat terkendali. Dan sebentar saja acara itu diambil alih oleh Dede untuk mengisi Ice Breaking sebagai pencair suasanan dan penghilang rasa Kantuk dimalam hari. Seketika, Ia ceria, kam ceria, semua ceia berkat aksinya Mnecairkan suasana, Pengalaman telah banyak mengajarinya, berbeda denganku. Namun sudahlah itu tak penting, karna setelah ia beraksi aku kembali menjalankan amanahku sebagai Pembawa acara, melanjutkan materi selanjutnya. Hingga akhirnya tepat ajm Sepuluh malam, acara kami usai, dan seluruh peserta di persilahkan memasuki ruang penginapan mereka masing-masing, Sementara aku dan beberapa sahabatku yang lain, Rencana akan menginap di masjid saja. Namun tak dikira, terjadi masalah, uang yang kami miliki ternyata tidak cukum untuk menyewa dua tempat penginapan, itu berarti para peserta dijadikan satu ruangan laki-laki dan perempuan. Kami khawatir, dan hal ini tidak mungkin kami lakukan karena Syariat Islam tidak membenarkan. Jujur saja kami sempat dibuat pusing akan kejadian ini, dan setelah kami berdiskusi dengan pihak Penginapan disana, akhirnya kami diberikan dua kamar oleh yang pemilik Penginapan tersebutdengan biaya setengahnya dengan syarat dipakai satu malam, “Alhamdulillah.. ucap kami” , Alasan syariat itu yang utama, beruntung pemilik Penginapan tersebut adalah seorang Ustad jadi Allah memudahkan segala sesuatunya. Dan setelah ini, Esoknya, barulah Bulir-bulir Jeruk itu berkembang dan mulai tercium aroma kemanisannya.

Bersambung.......

0 komentar:

Posting Komentar

 
;