Minggu, 26 Oktober 2014 0 komentar

Sebuah Pertemuan :Bagian 2


“Life Must Go On” kalimat itu jelas-jelas tertera pada sebuah bingkai kaca yang hampir setiap pagi ku pandangi sebelum memulai aktifitas dalam bekerja, bersama beberapa pemberian darinya yang masih aku simpan, lengkap dengan sepucuk surat kecil buah karyanya yang mulai dimakan usia. Bingkai itu bentuknya sederhasa saja kawan, kotak dan memiliki penyangga pada bagian bawahnya, bagian bawahnya berhiaskan binatang Guk-guk dan pada bagian atasnya berhiaskan tulisan “Life Must Go On” yang ku bilang diawal tadi, satu hal yang tak aku begitu suka adalah warnanya yang kemerah jambuan, lebih cocok untuk anak perempuan seharusnya, tapi tak mengapa, karna bagiku itu adalah pemberian darinya yang berharga, bagian tengahnya bening, sudah jelas difungsikan untuk menaruh sebuah foto disana, dan sudah jelas wajah sendu dan senyum menawan itu berhias disana. Senyum yang selalu memberiku semangat dalam menjalani hari-hariku. kini senyum itu berada
Minggu, 19 Oktober 2014 0 komentar

Rental PS : Bagian 4


Alasan mengapa ayah marah saat itu baru terjawab ketika aku duduk di bangku kelas 2 SMP, satu ungkapan dari seorang penjaga sekolah tertancap dihatiku kala itu, “Main PS itu gak haram, yang Haram itu uangnya” ucap Almarhum Bang Ismed, salah satu penjaga sekolahku saat SMP dulu, Uang Haram, kata-kata itu sangat menyakitkan. Pun aku tak mengeluarkannya sepeserpun untuk bermain PS , Namun tetap saja maknanya begitu menyakitkan buatku. Aku terdiam , sedangkan ayah masih berkhutbah dihapadapku “Bukannya Ngaji malah main PS.. Pulang..!!!” aku lagi-lagi hanya bisa terdiam, bibirku kelu, badanku gemetar, keringat dingin kurasakan menjalar di sekujur tubuhku, bulir-bulir bening yang sedari ku tahan keberadaannya mulai tampak dipinggir mataku, pun kupon kesepuluh yang berhasil kudapatkan hari ini, yang awalnya sangat berharga dan berarti bagiku, kini kurasakan tak berarti apa-apa, dan terhempas begitu saja
Kamis, 16 Oktober 2014 0 komentar

Rental PS : Bagian 3


Benda itu, besarnya tak sebesar Piranti Video Game yang berada dikolong meja, di bawah Televisi lebih tepatnya, Tak juga sebesar kardus kemasan Rokok Gudang Garam yang berada di samping televise nomor empat, ia, penuh dengan abu rokok, dan punting-pungtungnya yang tak habis dihisap oleh sang tuan , ditinggalkan begitu saja oleh tuannya di rental PS yang sampai saat ini belum berkurang keramaiannya meskpun hari menjelang senja. Benda itu juga, Aku belum pernah mengenalnya , meskipun diantara mereka banyak yang kulihat membawanya, pun Wawan , ia sangat membangga-banggakan benda itu dan memamerkannya langsung padaku , benda berbentuk kotak kecil, berlogo Playstation yang belum aku ketahui namanya. “Ini namanya Memory Card..” ucap Wawan berharap aku kagum padanya, tapi tak sedikpun aku menghiraukan apa yang ia ucapkan padaku. “Lu bisa simpen data game lu disini, Satu Giga Byte, kemarin dibeliin sama bapak gue..” ucapnya lagi, “Ohh..” jawabku ringan.. “Harganya Mahal, lima puluh ribu kalo yang baru.. Lu pasti gak punya..“ ucapnya, dan salah satu yang tak ku suka darinya jika ia sudah berucap panjang, kadang tak ia pikirkan terlebih dahulu apa yang ia
Minggu, 12 Oktober 2014 0 komentar

Rental PS : Bagian 2


Penuh, adalah kesan pertama yang kami dapati disana, namun berbeda dari suasana syahdu saat mengaji, tempat itu penuh sesak dengan segerombolan orang yang rata-rata kebanyakan adalah anak bersekolah seusia kami yang kami lihat masih berpakaian seragam coklat pramuka lengkap dengan tas dan sepatu mereka, serta asap rokok yang mengepul disana sini, “Uuuhhh bauuu,, sesak dan pengap..” hasil hisapan orang dewasa yang tak tau malu, atau tak mau kalah bermain video game dengan kami. Ini hanyalah satu dari beberapa kesengsaraan yang akan aku alami di rental PS ini kawan. Bangku-bangku hijau dan merah yang tersusun pada ruangan yang ku perkirakan ukurannya tiga kali tiga meter itu sudah tidak mampu menampung masa yang hadir disana, beruntung tubuh kecil kami mampu menyelinap diantara mereka. Dan kini dihadapan dihadapan kami telah tersusun lima buah televisi, lengkap dengan video game Playstation yang tengah popular saat itu, diatas televesi, pada bagian tembok itu terpampang puluhan Kaset Playstation yang
 
;